Confessions
Author : momento
Cast : Byun
BaekHyun, Zhang Yixing, and others
Genre : Psycho
Length : Ficlet
Rating : PG-17 /
R
A/N : Cerita milik pribadi, terinspirasi dari
film Red Dragon, dan beberapa film action dan kriminal. Percampuran bahasa. Ada
umpatan dan maaf kalau ada typo.
[- Pernah dipublish disini -]
.
.
“Cause I’m, The Great Red Dragon”
.
.
>>>>>::..:..::<<<<<
Ada beberapa hal yang membuat Yixing tertarik dengan
pekerjaannya, yaitu saat melihat wajah pucat, keringat bercucuran, rengekan
penyesalan, dan hal-hal lain semacam itu yang disuguhkan gratis oleh
objek-objek introgasinya. Biasanya, dia akan menikmati itu semua dengan
perlahan, tanpa melewatkannya sedikitpun. Dan untuk kali pertama, Yixing ingin
segera keluar dari ruang-tempat-terungkapnya-kenyataan ketika ia tengah duduk
berhadap-hadapan dengan seseorang yang tengah menjadi objek introgasinya malam
ini.
Sebuah ruangan dengan ukuran berkisar 8m x 8m, meja besi
yang diletakkan ditengah ruangan, didampingi dua buah kursi besi yang saling
berhadapan di kedua sisi meja. Dan jangan lupa lampu neon redup menggelantung bebas diatas meja, biasa, perbuatan iseng
para officer untuk membuat objek
introgasi mereka mendapat tekanan psikis.
Yixing telah melakukan sesi wawancara malam ini dengan
baik. Menanyakan hal-hal yang memang seharusnya dia tanyakan, dan mendengar
jawaban yang diberikan oleh objek introgasinya, walaupun hanya anggukan,
gelengan, sepatah kata ‘ya’ atau ‘tidak’ atau ‘mungkin’, terakhir, bahu yang
terangkat acuh sebagai jawaban, yang membuat Yixing bersumpah akan segera
menembakkan peluru dari Beretta 90two
kesayangannya kekepala teman tercinta-nya malam ini.
Dan jika setelah itu dia mendapat panggilan atas kasus
pembunuhan, dia tidak peduli, karena setidaknya dia telah menjadi orang pertama
yang mengangkat baliho dan gelas tinggi untuk bersulang atas kematian teman tercinta-nya yang kurang dari
sepuluh jam lalu menjadi objek introgasinya.
Hingga pada akhirnya lelaki berpakaian merah tua di
hadapannya itu menegakkan tubuh dengan gerakan tiba-tiba. Sepasang mata indah
dengan iris berwarna cokelat gelap menatap padanya dengan tatapan intens,
senyuman timpang, dan helaan napas yang kemudian disusul dengan derai tawa
pelan. Sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh Yixing sebelumnya.
“Kau tidak menanyakan alasan terhadap tiga belas kasus
sebelumnya, tuan.”
“Karena hanya kasus ini yang terlihat menarik
dimataku.”
“Ini menarik.” lelaki itu berbicara lagi, “Di antara
belasan kasus atas namaku, kau memilih yang satu ini untuk kujelaskan lebih
rinci. Kau tahu? Aku pikir kita memiliki selera yang sama. Ini koleksi favoritku.
Kau yakin ingin naskah film itu kubacakan ulang?”
“Positif.”
“Awal musim semi, dimana semuanya akan terlahir
kembali.” dia mulai mendongeng untuk Yixing, “Do KyungSoo, teman kuliahku,
memintaku untuk menemaninya menemui Tuan Cho, dosen kami. Aku setuju saja
karena memang ada tugas yang harus kuberikan padanya. Well, awalnya terlihat seperti laki-laki memandang laki-laki lain,
tapi saat KyungSoo pergi, aku yang masih bersama dengan Tuan Cho melihat
pandangan itu berubah menjadi hewan yang siap menerkam mangsanya kapan saja.
Tidak heran jika aku tahu berapa banyak mahasiswa –seumuran denganku, untuk
lebih spesifiknya─ yang menjadi korbannya.”
“Do KyungSoo tidak bersalah, menurut ceritamu.”
“Tentu. KyungSoo hampir menjadi korban atas nafsu
busuk lelaki tua itu jika aku tidak menolongnya. Sama seperti korban yang
lain.”
“Kau menggunakan cara yang menjijikan tapi hebat
disaat yang bersamaan, tuan.” ujar Yixing.
“Kuanggap itu sebuah pujian. Aku menolong mereka
dengan cara ku sendiri, tentunya.”
“Kau menolong dengan menikam salah satu ginjal, dan
mata mereka, Tuan Byun BaekHyun.” Yixing memijit pelipisnya.
“Itu agar mereka terlahir kembali, tuan. Kau dengar
apa yang kukatakan diawal tadi. Musim semi―”
“Dimana semuanya terlahir kembali. Ya, aku dengar itu.”
Yixing merubah posisi duduknya, menarik kursi kedepan agar lebih dekat dengan
objek introgasinya, “Hey little kid,
apa yang kau lihat dari foto-foto korbanmu ini? Mereka, mata mereka―”
“Menatapku.” selanya, “Ya, hanya padaku.” lelaki itu
menunjuk beberapa foto yang berserakan di hadapan mereka berdua, “Lihat. Ini
HyeRin korban wanitanya dalam sosok manusia, MyungSoo korban lelakinya dalam
sosok manusia, JeHyun yang juga korban lelakinya dalam sosok manusia."
"HyeRin yang terlahir kembali," ucapnya lagi. "MyungSoo yang terlahir
kembali, JeHyun yang terlahir kembali, begitu pula KyungSoo. Ku beritahu padamu
satu hal, KyungSoo, dia adalah pemenangnya, Tuan Zhang Yixing.” senyum timpang menjadi penutup
kalimatnya.
>>>>>..::..<<<<<
*KLANG
Yixing mengambil minuman kaleng yang keluar dari dalam
mesin penjual otomatis, membuka penutupnya, lalu meminum hampir setengahnya
dalam beberapa tegukan.
Tidak ada perkembangan sama sekali. Lelaki itu menutup
mulutnya rapat-rapat setelah berbicara begitu banyak. Yixing dengan paksa
melonggarkan simpul dasinya, berusaha menjernihkan pikirannya dengan duduk
dibangku lobby sambil mengumpat dalam
hati karena objeknya kali ini sangat, sangat pintar dari yang lain.
“Wajahmu terlihat seperti kertas kumal, Yixing.”
pemilik suara itu menjatuhkan dirinya disebelah Yixing.
“Hhhh... kau sengaja memberiku mangsa yang sulit untuk
ditangkap. Damn!! dia sulit untuk
dikalahkan.”
“Oh, come on.
Jika dia mati sebelum kau mendengar teriakan putus asa darinya, ini tidak akan
menarik lagi, Yixing. Lagi pula, menjadi hiburan tersendiri melihat wajahmu
seperti JongIn dan matamu seperti Zitao di shift
malam.”
“Pergilah kepada mama mu sebelum Beretta milikku bertindak, JongDae.”
“Cheer up, little kid. Ah, aku benar-benar ingin menduduki wajah kusut mu saat ini, ngomong-ngomong.” dan Yixing benar-benar menodongkan Beretta 90two miliknya ke arah Kim JongDae yang berlari menjauhi Yixing-yang-topengnya-terjatuh-entah-dimana ditemani rentetan tawa puas.
“For God’s sake!―” emmm, well... wajah Yixing
hampir menghantam lantai lobby jika
dia tidak memiliki keseimbangan yang baik.
>>>>>..::..<<<<<
Yixing duduk tenang, menunggu objek introgasinya
datang sebari melihat dokumen-dokumen yang baru diberikan Bill padanya lima
menit yang lalu. Jika boleh jujur, sebenarnya bohong jika disebut tenang,
karena dia terus saja mengumpat dalam hati, menampar kebodohannya sendiri
karena baru lima belas menit yang lalu dia mendapatkan jawaban yang sebenarnya
sudah disodorkan oleh Byun BaekHyun didepan hidungnya sejak tadi.
“Halo.”
“Kau terlihat lebih baik, Tuan Byun.” dia
mempersilahkan lelaki itu untuk duduk.
“Kau yang terlihat lebih baik karena mendapatkan
jawaban yang ada didepan hidungmu, sebenarnya ─oh, jangan
terkejut seperti itu─ Jadi?"
“Kau benar-benar gila. Hanya karena kau memujanya,
tidak seharusnya kau melakukan itu. Dan―”
“Whoa, hang on. Memuja kau bilang? Hey, aku tidak akan memuja seorang
brengsek sepertinya. Ini sama seperti seorang anak kecil yang tergila-gila
dengan permen, tapi dia tidak akan mati jika tidak memakan permen itu berbulan-bulan.”
“Hey, kau ingin lihat apa yang ada di
dalam ranselku? Taruhan, kau pasti akan menyukainya.” lanjutnya.
“Up to you.”
Terdengar suara decitan pelan, dan Yixing yakin itu
berasal dari ujung keempat kaki kursi yang terseret di atas lantai berubin yang
jarang disapu maupun terkena lap basah untuk setidaknya mengusir debu. Lelaki
itu baru saja menggeser kursinya, membawanya lebih dekat satu ubin dari ujung
meja di hadapannya.
Dengan jarak seperti ini, Yixing dapat melihat kerutan
halus yang tidak benar-benar nyata di sudut kedua matanya saat tersenyum tidak
simetris, dan plester kecil murahan entah untuk menutupi apa disudut dahinya.
Iya. Penampilan yang menipu. Tangannya telah dibasahi
darah orang-orang tak bersalah, indera pendengarannya benar-benar telah merekam
dengan baik teriakan putus asa dari setiap korbannya, dan jika ada suatu alat
yang dapat meng-copy memori seseorang
kedalam kaset, maka Yixing berani bertaruh, rekaman yang bersangkutan itu ada diatas meja kerjanya delapan
jam yang lalu, dan dia tidak perlu bersusah payah menghabiskan waktu
berharganya untuk ini.
“The Great Red
Dragon and the Woman Clothed with the Sun karya William Blake.” Yixing
tidak berbohong jika dia mendengar suara lelaki dihadapannya penuh dengan nada sopan
dan memikat namun dingin di saat yang bersamaan, “Ini lukisan terindah yang
pernah kulihat. Di lukisan ini, The Great
Red Dragon sedang menghapus kesedihan, kepicikan, dendam, dan dosa-dosa
yang dimiliki oleh the Woman Clothed with the Sun."
"Setelah semuanya hilang, the Woman Clothed with the Sun akan
terlahir kembali menjadi sosok yang lebih sempurna dan mulia, mendampingi The Great Red Dragon sebelum ia
menemukan sosok-sosok lain yang harus ia bersihkan.”
Yixing menelan ludah paksa. Lelaki yang kini duduk
dihadapannya benar-benar diluar kontrol. Lelaki itu membunuh begitu banyak
orang ─ah, dan jangan lupakan satu fakta
jika salah satu korbannya adalah teman baiknya─ hanya karena
sebuah lukisan.
‘That doesn’t
make sense!!!’ ingin sekali Yixing
meneriakkan kata-kata itu didepan wajah lelaki yang ada didepannya.
“Kau tidak memiliki alasan untuk
membunuh semua korbannya, dan KyungSoo. Kau bahkan membiarkan Tuan Cho hidup
setelah kau mengetahui apa yang telah dia perbuat. Jika kau normal, seharusnya
kau membunuhnya untuk―”
Terdengar lontaran tawa kering dari sang tersangka.
“Kau tidak mengerti, tuan...” responnya, “Ketika mereka terbaring tanpa nyawa
di kakiku, dengan wajah dan pakaian yang perlahan berubah warna karena darahnya
sendiri… di saat itulah aku mengerti apa yang menjadi obsesiku. Gangguan
jiwaku. Aku baru benar-benar sadar, bahkan setelah aku melakukan hal ini pada
lima orang sebelum KyungSoo, dan aku telah terikat oleh itu. Membiarkan Tuan
Cho tetap hidup dalam obsesinya, sama saja dengan membiarkan diriku untuk lebih
dan lebih dalam memuaskan obsesiku.”
“YOU LITTLE
RASCAL!!!”
Senyum timpang menghiasi wajahnya, “Yes, I’m. Cause I’m The Great Red Dragon.”
.
.
>>>>>::.::<<<<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar