Socius
Author : momento
Cast : Luhan,
Byun BaekHyun, and others
Genre : friendship,
mystery
Length : Oneshot
Rating : PG-15
A/N : Cerita milik pribadi. Terinspirasi dari obrolan aneh
author sama temen sebangku sebulan yang lalu kalau gak salah.
Ini agak ‘ehem’ sebenernya, masalahnya author gak terlalu
pinter buat yang genre friendship, apalagi brothership (-__-) dan selalu ada
mystery dibelakangnya (>o<) Jadi, author minta maaf kalau jelek dan kalau
ada typo mohon maklum (^O^)
[- Pernah dipublish disini -]
.
.
“Cogito ergo sum”
Aku
berpikir, maka aku ada
.
.
>>>>>..:.:..<<<<<
Luhan
tidak berbohong saat dia bilang bahwa temannya, BaekHyun, seperti seorang super hero yang sewaktu kecil sering dia
lihat di acara televisi setiap Sabtu dan Minggu pagi. Atau mungkin seperti
penyihir-penyihir yang ada di film favoritnya, Harry Potter. Saat itu Luhan
sedang ada diperpustakaan, mencari beberapa buku yang menurutnya berguna untuk
membantunya mengerjakan tugas matematika dari guru tercintanya.
Luhan
tidak tahu kapan dan bagaimana, tiba-tiba saja saat dia berbalik, BaekHyun
sudah berdiri dibelakang Luhan dengan senyum khasnya. Dan tentu saja itu semua
berakhir dengan bunyi buku jatuh, teriakan Luhan, dan erangan dari seorang
BaekHyun karena Luhan menendang tulang kering kakinya dengan kuat.
Luhan
sedang mengantri untuk membeli butter croissant
sebagai menu makan malamnya nanti disebuah cafe
yang terletak beberapa blok dari rumahnya. Sesekali meminum ice cappuccino miliknya sambil melirik diam-diam seseorang yang duduk tidak jauh
dari tempat Luhan mengantri. Luhan mendengus kesal karena gilirannya masih
lama, padahal keadaannya sekarang sudah sangat genting.
Luhan
tahu persis siapa yang sedang dia lirik, Kim Hye Ra, adik kelas Luhan yang
sudah Luhan cap sebagai orang yang paling menyebalkan (─selain BaekHyun, WuFan, dan JongDae, tentu saja─).
Perempuan
itu dengan terang-terangan mengaku kalau dia fans Luhan dihadapan teman-teman sekelas Luhan, dan mengikuti Luhan
kemanapun dia pergi. Ok, itu masih
bisa Luhan maklumi, tapi tidak dengan yang satu ini. Bagaimana bisa Kim Hye Ra
dengan seenak jidatnya memaksa Luhan untuk membayar semua belanjaannya saat tanpa
sengaja (─atau
mungkin perempuan itu mengikuti Luhan sepeti biasa─) bertemu dengan Luhan disalah satu pusat perbelanjaan.
Dan Luhan benar-benar ingin lari dari cafe saat merasakan rambu-rambu tanda bahaya yang ada diotaknya berbunyi nyaring. Luhan yakin bahwa Kim Hye Ra akan meminta Luhan membayar makanannya lagi saat melihat perempuan itu mengumbar senyum dan berjalan kearahnya. Luhan sudah bersiap untuk lari, saat tiba-tiba ada yang mengejutkannya dan setelah itu hanya ada ucapan maaf dari Luhan untuk seorang Kim Hye Ra dan meninggalkannya dalam keadaan kacau.
Setelah
sampai ditaman bermain dekat rumahnya, Luhan menghentikan larinya dan segera
menjatuhkan dirinya diayunan terdekat.
“Hahahahaa..
ya ampun. Kau lihat bagaimana wajahnya? Itu.. itu benar-benar hebat, kau tahu?
Hahahaa..”
“Hebat
darimana?” balas Luhan, “Coba tadi kau tidak mengejutkanku, pasti aku tidak
akan memuncratkan ice cappuccino kewajahnya.”
“Seharusnya kau
berterimakasih padaku.”
“Berterimakasih karena kau sudah
membuatku mempermalukannya dihadapan orang banyak? Tidak, Byun BaekHyun.”
“Tapi setidaknya kau harus
berterimakasih karena aku berhasil mengeluarkanmu dari keadaan gawat darurat.”
balas BaekHyun menuntut.
“Ti-dak!!”
“Baiklah, aku tidak akan
datang untuk membantumu lagi kalau begitu.” BaekHyun bersiap melangkah pergi,
saat sebuah tangan menarik belakang kemejanya.
“Jangan marah seperti itu.
Kau sudah besar tapi tetap saja seperti anak kecil. Aku tadi hanya bercanda, ok?
Jangan marah.” bujuk Luhan.
“Aku pikir kau yang seperti
anak kecil. Lihat tampangmu, andai saja kau memakai baju bebas, aku bertaruh
orang-orang akan mengira kau anak berumur tigabelas tahun.”
“Kau...!!” Luhan
menghentikan omelannya saat moto hidup super konyol miliknya terngiang
ditelinganya ‘Ketampananmu akan hilang jika mengomeli seorang Byun BaekHyun
karena itu percuma!!’
“Apa?” jawab BaekHyun
enteng.
“Tidak, tidak jadi.
Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa ada di cafe? Aku tidak melihatmu tadi.”
“Well, aku seorang super
hero, benar kan? Jadi tidak ada yang tahu keberadaanku.”
“Tidak ada super hero
berwajah imut sepertimu.” cibir Luhan.
“Dan tidak ada anak normal
yang memiliki moto sepertimu.” Luhan benar-benar mengejar BaekHyun setelah itu.
>>>>>..:.:..<<<<<
“Jadi,
bagaimana menurutmu? Apa aku harus memutuskannya?”
“Tunggu,
tunggu dulu. Kita ulang pelan-pelan. Jadi, hanya karena pacarmu tidak membalas e-mail dan mengangkat telpon
darimu, kau ingin memutuskannya?” tanya
BaekHyun.
“Tidak
hanya itu. Beberapa hari yang lalu saat aku ingin mengajaknya pulang, dia
menolaknya dan ternyata dia pulang dengan laki-laki lain. Hanya dugaanku,
sepertinya laki-laki itu mahasiswa.”
“Hanya
karena itu, kau ingin memutuskan pacarmu?”
“Iya,
dan dia melakukan itu semua di depanku! Dia tidak bisa berbuat seperti itu
seakan-akan aku ini sebuah patung!”
“Kau
sudah bicara dengannya?”
“Sudah..
dan belum.”
“Ap─”
“Bagaimana
aku mengajaknya bicara? Saat disekolah dia seperti menghindariku, dan dia tidak pernah membalas e-mail atau mengangkat telpon dari ku.”
balas Luhan cepat.
“Aku
ragu percintaanmu yang rumit atau kau yang terlalu bodoh, Luhan.” jujur saja,
sedari tadi BaekHyun berusaha
menahan hasrat untuk tidak menjedukkan kepalanya ke meja saking gemasnya.
“Hei!! Aku tidak bodoh, ok. Aku mengajakmu bicara karena aku
butuh saran.”
“Baiklah,
karena kau teman tercintaku, sebelum aku memberimu saran, ada yang perlu
kutanyakan padamu.”
“Apa?”
“Pertama,
apa kau lupa kalau pacarmu itu satu tahun lebih tua darimu? Dan sebentar lagi
akan ada ujian akhir, tentu saja pacarmu itu mengabaikanmu.”
“I..
itu.. mmm.. baiklah aku terima. Bagaimana dengan―”
“Kedua,
apa kau pernah bertanya pada pacarmu, dia punya berapa saudara kandung?”
“Dua.
Dia punya dua kakak dan semuanya laki-laki.” jawab Luhan yakin.
“Ketiga,
apa yang dikerjakan oleh kakak pacarmu?”
“Mmm...”
Luhan sedikit mengerutkan kening dan memiringkan kepalanya, tanda bahwa dia
sedang berpikir, “...Aaahh.. aku ingat.”
“Apa?”
“Kakak
pertamanya, dia bekerja di cafe dekat
Sungai Han. Lalu kakaknya yang kedua, dia kuliah di China, mendapat beasiswa.
Kalau tidak salah, kakaknya akan pulang ke Seoul beberapa minggu sebelum ujian
akhir dan―”
Ya,
benar. Luhan berhenti bicara setelah sesuatu terlihat baru saja menampar dahinya, dan ia
beringsut mundur, memandangi BaekHyun yang balik menatapnya dengan sebelah alis
terangkat.
“YA AAAMMPPPUUUUNNNN!!!!”
BaekHyun yang kaget, langsung beringsut mundur sambil
menutup kedua telinganya.
“BAGAIMANA INI? BAGAIMANA INI?~~ BAEKHYUN, AKU
BENAR-BENAR BODOH, BODOH. BAGAIMANA BISA AKU BARU SADAR KALAU LAKI-LAKI ITU
KAKAK RAE KI~~.”
“Luhan―”
“BAGAIMANA JIKA RAE KI MEMBUNUHKU KARENA AKU
MENUDUHNYA SELINGKUH DENGAN KAKAKNYA SENDIRI?”
“Luhan, bisa―”
“Tidak, tidak. Itu tidak masalah.Aku akan pergi
kerumah Rae Ki, meminta maaf dan menjelaskan dugaan bodohku. Ya, itu benar.
Tapi, JIKA AKU MENJELASKANNYA DAN KAKAKNYA MARAH, LALU MELARANGKU UNTUK
MENIKAHI RAE KI BAGAIMANA~~?”
“Luhan. Bisakah kau―”
“WAAAA... AKU AKAN MATI JIKA― ADAW!!” isi hati Luhan tiba-tiba berubah menjadi jeritan kesakitan.
“KANAPA KAU MEMUKUL KEPALA KU DENGAN SEPATU, BYUN
BAEKHYUN?” Luhan bersiap membalas memukul BaekHyun dengan sepatunya.
“ITU KARENA KAU BERTERIAK TIDAK JELAS DAN TIDAK
MENDENGARKAN OMONGANKU, LUHAN!!”
“O’ow~~” nyali Luhan tiba-tiba hilang saat tahu
BaekHyun marah, “Baekki marah ya? Jangan marah dong Baekki.” Luhan memeluk
lengan kanan BaekHyun erat dan sengaja mengelus-eluskan pipinya pada lengan
BaekHyun.
“Hei, lepas!! Apa-apaan ini, Luhan? Lepaskan aku!!” BaekHyun
dengan kesal berusaha melepas pelukan Luhan pada lengannya.
“Baekki kalau marah jadi terlihat tampan~~ jadi,
jangan marah lagi ya. Baekki lebih cocok dengan wajah imut dari pada tampan.”
“Apa-apaan kau ini? Lepaskan!!”
“Tapi Baekki janji tidak marah lagi.”
“Ok. Ok. Aku
tidak akan marah, jadi, cepat lepaskan lenganku!”
“Sudah. Hahaha..”
“Kau ini. Menyebalkan!!”
“Jadi, apa saranmu?”
“Kau menjadikan Rae Ki pacarmu karena kau mempercayai
dan mencintainya kan?”
“Tentu saja! Kalau aku tidak mempercayai dan mencintai
Rae Ki, mana mungkin dia jadi kekasihku.” balas Luhan sedikit tersinggung.
“Baiklah, semua sudah beres kan. Kalau memang kau
yakin dengan perasaanmu dan perasaan Rae Ki, tidak ada salahnya untuk
memberinya waktu untuk sendiri, setidaknya sampai ujian akhir selesai. Dan soal
kakaknya, well, lebih baik kau datang
kerumahnya dan meminta maaf.”
“Kau benar, BaekHyun. Aku akan meminta maaf.” Luhan
bangkit dari kursinya, menyambar kunci motor didekat pintu kamarnya, “Ah..
terimakasih untuk saranmu. Kau teman yang baik.” dan Luhan pergi kerumah Rae Ki
meninggalkan BaekHyun sendiri diruang tamu.
>>>>>..:.:..<<<<<
“Ada
apalagi sekarang? Seharusnya kau ada disekolah, Luhan.”
Hari
itu adalah awal tahun ajaran baru, saat dimana para murid sibuk dengan kegiatan
rutin mereka. Tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk seorang Luhan. Buktinya,
dia sedang termenung disalah satu meja di cafe
tempat biasa dia sarapan.
“Sebentar
lagi Natal, BaekHyun.”
BaekHyun
mengerutkan kening, “Lalu?”
“Hhh..
ini memang terdengar kekanakan, tapi... aku benar-benar ingin mama dan papa
pulang untuk merayakannya.” jawab Luhan lirih.
BaekHyun
terdiam beberapa saat sebelum menjawab, “Telpon saja kalau begitu. Tidak ada
salahnya mencoba.”
“Sudah.
Aku sudah menelpon...”
“Apa
tersambung?”
“Aku..
tidak tahu.” jawab Luhan pelan.
“Kenapa?
Kau tidak mematikan sambungannya kan?” tanya BaekHyun curiga.
“Iya.
Aku mematikan sambungannya―”
“Kenapa
Luhan? Kau tidak akan merayakan Natal dengan orangtuamu jika kau tidak mencoba
untuk berbicara dengan mereka.”
“Itu
tidak semudah dengan yang kau bayangkan, ok!
Aku jarang berbicara dengan mereka, apalagi bertemu. Kami hanya menelpon saat
ada hal yang penting atau mungkin saat ada waktu luang. Dan orangtuaku tidak
pernah memiliki waktu luang walaupun untuk menelponku dan menanyakan bagaimana
kabarku.”
“Itu
masalahmu, Luhan. Cobalah untuk menelpon orangtuamu, jika mereka tidak bisa
pulang, setidaknya kau sudah mencoba untuk meminta mereka pulang.”
“Aku..
tidak yakin.”
“Hei. Kau belum mencobanya.”
Luhan
terlihat bimbang beberapa saat, sebelum senyum tipis terlihat di bibirnya.
“Baiklah,
akan ku coba. Setidaknya, jika mereka tidak pulang, aku bisa merayakan Natal
denganmu.”
BaekHyun
tersenyum tipis mendengar perkataan Luhan.
>>>>>..:.:..<<<<<
“BaekHyun,
jangan melihat saja. Cepat bantu aku!!”
“Aku
sedang sibuk Luhan. Kau bisa menghias pohon Natal itu sendiri.”
BaekHyun dengan
malas membalas seruan Luhan dan masih sibuk berkutat dengan buku yang beberapa
menit lalu dia baca.
“Kenapa
kau di rumahku kalau kau tidak mau membantuku?”
“Dirumahku
tidak ada orang, jadi aku mampir kerumahmu.”
“Mampir
kau bilang? Cih.”
Setelah
itu keduanya kembali terdiam dan hanyut dalam aktivitas masing-masing, sampai
suara Luhan memecah keheningan.
“Ngomong-ngomong,
kau tidak pernah mengajakku main kerumahmu, BaekHyun. Kapan kau mengajakku ke
rumahmu?”
“Rumahku
sama seperti rumahmu, dan rumah orang-orang kebanyakan. Tidak ada yang
istimewa.”
Luhan
membalikkan badannya, menatap BaekHyun, “Aku ingin berkenalan dengan orangtuamu.”
BaekHyun
mendongakkan kepalanya, menatap balik Luhan, “..... Aku tidak punya orangtua.” dan
setelah itu kembali membaca bukunya.
Luhan
sudah membuka mulut, saat terdengar suara pintu kamarnya terbuka, dan seorang
wanita berumur sekitar empat puluh dua tahun masuk kekamar Luhan dengan senyum
di bibirnya.
“Luhan”
Luhan
menatap wanita itu, lalu berlari dan memeluknya, “Mama! Mama, kau pulang. Kapan
kau sampai? Kenapa tidak menelponku?”
“Hhahahahaa..
Luhan tidak berubah ya, masih tetap seperti anak kecil.” mama Luhan melepas
pelukkan Luhan dan mencubit pipi Luhan gemas.
“Aaww..
Mama, lepas! Aku bukan anak kecil lagi.”
“Ok, ok. Luhan sudah besar, mama tahu.”
“Jadi,
kapan sampai?”
“Baru
saja. Papa ada dirumah kakek, mungkin akan tiba dirumah sebentar lagi.”
“Itu
hebat. Oh iya, mama.”
“Hmm?
Apa?”
“Aku
ingin memperkenalkan temanku pada mama.”
“Temanmu?
Dia akan datang nanti malam?”
“Tidak.
Dia sudah datang sekarang.”
“Waah..
benarkah? Dimana temanmu? Mama tidak melihatnya disekitar sini.”
Terlihat
kerutan di dahi Luhan saat mamanya mengucapkan itu, “Maksud mama apa? Temanku
ada disini, dia sedang duduk di atas ranjangku.”
Mama
Luhan terlihat terkejut, matanya berkaca-kaca lalu memeluk Luhan erat, seakan
tidak ingin kehilangan Luhan.
“Mama..
kenapa mama menangis? Apa Luhan membuat mama sedih?”
.
“Ah, nyonya. Kapan Anda tiba?
Kenapa tidak menelpon terlebih dahulu? Saya bisa menyiapkan makan siang lebih
cepat.”
“Tidak perlu. Aku baru tiba di
Seoul hari ini dan langsung pulang kerumah.”
“Tapi, mana tuan? Apa nyonya pulang
sendirian?”
“Tuan ada di rumah kakek Luhan
sekarang. Mungkin sebentar lagi akan sampai. Ngomong-ngomong, mana Luhan? Dia
ada di rumahkan?”
“Luhan ada dikamarnya, nyonya.”
“Aku akan ke kamarnya kalau begitu.”
“Mmm.. nyonya. Sebenarnya, ada yang
aneh dengan Luhan beberapa bulan ini.”
“Aneh?”
“Iya. Luhan jadi sering berbicara
sendiri. Waktu itu, saya mendengar suara Luhan di ruangtamu, saya pikir ada
teman Luhan yang berkunjung, jadi saya pergi menghampiri Luhan. Tapi.. saat
saya tiba di ruangtamu, saya tidak melihat siapa pun selain Luhan disana. Mungkin
Luhan sedang menelpon seseorang, tapi setelah itu, saya sering melihat Luhan
yang berbicara sendiri, saat di ruangmakan, dan di taman.”
“Apa maksudmu?”
“Saya tidak bermaksud membuat
nyonya marah, tapi, Luhan, saya pikir dia....”
.
“Luhan.
Maafkan mama Luhan. Seharusnya mama meluangkan waktu untukmu. Maafkan mama,
Luhan.”
“Mama,
aku tidak tahu apa yang mama bicarakan. Aku mohon berhentilah menangis. Disini ada
teman Luhan, mama. Aku ingin memperkenalkannya pada mama.”
“Luhan..”
pelukan itu semakin erat.
“Mama..
lepaskan. Bagaimana aku bisa memperkenalkan BaekHyun pada mama kalau mama
memelukku seperti ini?”
“BaekHyun
siapa Luhan?”
“BaekHyun.
Byun BaekHyun, dia temanku yang ingin ku kenalkan pada mama. Dia sedang duduk
diatas ranjang dan memperhatikan kita.”
Isakkan
mama Luhan semakin keras, tubuhnya bergetar karena tidak bisa menahan isakkannya
lagi, “Tidak Luhan. Tidak ada yang duduk diranjangmu.”
“Mama
bicara apa? Diranjangku ada BaekHyun, temanku.”
“Tidak
ada siapapun, Luhan.”
“BaekHyun,
BaekHyun. Cepat ucapkan sesuatu pada mamaku. Mama pikir BaekHyun tidak ada.”
“Tidak
bisa, Luhan.” jawab BaekHyun.
“Kenapa?”
Luhan menatap BaekHyun sedih.
“Hanya
kau yang bisa mendengar suaraku, dan melihatku.”
“A─apa? Apa yang kau bicarakan, BaekHyun? Aku tidak mengerti.”
“Hanya
kau yang bisa mendengar suaraku, dan melihatku. Kau tahu kenapa?”
.
“Saya tidak bermaksud membuat
nyonya marah, tapi, Luhan, saya pikir dia....”
“Luhan kenapa?”
“Saya pikir, Luhan menjadi seorang
pengkhayal, nyonya.”
“Apa maksudmu dengan menjadi
seorang pengkhayal?”
.
Senyum timpang menghiasi wajah BaekHyun “Itu karena aku teman khayalmu, Luhan. Cogito
ergo sum"
.
.
>>>>>..:.:..<<<<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar