Maret 10, 2014

inquam inquis



inquam inquis
||Author : momento|| ||Cast : Oh Sehun, Luhan, Ai Enma, and others||
||Genre : Psycho and many more|| ||Part : Two -END-||
||Length : Twoshot|| ||Rating : R||
A/N   : Hell Girl, boneka jerami, dkk milik Miyuki Etō. Cerita milik pribadi. Ini fanfic pertama yang aku buat, dan what the (!!!), gaya tulisannya bener-bener (asjdgadatds!). Maaf kalau ada typo, bahasa inggrisnya banyak yang ‘you know what I mean’, dan kalau nemu ‘sesuatu’ yang bikin gak nyaman buat baca.
Di part ini ada humor yang gak terlalu humor persembahan dari temen ku yang tak lain dan tak bukan adalah “Severina Natalia” makasih buat humor tambahan nya (^^) Part ini masih flashback, dibagian akhir normal. Love ya!
[part one] 
.

I say
You say
.
>>>>>::..:..::<<<<<
Oh Sehun’s pov

Tadi pagi aku terbangun dengan badan yang sepertinya akan segera hancur. Semua bagian tubuhku benar-benar sakit. Aku hampir membasahi Luhan-hyung dengan air yang baru saja ku minum karena terkejut saat menyadari tangan ku terluka. Seingatku, kemarin aku tidak melukai tanganku, tapi kenapa saat aku bangun tanganku terluka?
Yang ku ingat, kemarin aku tiduran di sofa yang ada di ruang tengah menunggu Luhan-hyung pulang. Karena aku kedinginan, aku berniat mengambil selimut yang ada di kamarku. Setelah itu, semuanya menjadi gelap. Aku benar-benar tidak mengingat apapun setelah itu. Luhan-hyung bilang, aku pingsan dan tidak sengaja menjatuhkan kotak penuh pecahan kaca yang kuterima kemarin sore yang ada di meja belajarku dan pecahan kaca itu yang membuat tanganku terluka.

“Luhan-hyung?”
“Hmm? Ada apa?” dia memalingkan wajahnya yang sedari tadi melihat keluar cafe ke arahku.
“Apa benar aku pingsan?”
“Kau tidak percaya ucapanku?”
“Bukan. Hanya saja... kalau aku memang pingsan, kenapa luka ditanganku seperti ini?” ku memperlihatkan tanganku yang dibalut perban.
“Maksudmu?” tanya Luhan-hyung sedikit memiringkan kepalanya, tanda bahwa dia bingung.
“Oh, ayolah, hyung. Luka ini seperti luka yang disengaja. Kau tahu kan maksudku?”
“Mmm... tidak. Kau terlalu berbelit saat berbicara, Sehunie.” setelah mengatakan itu, dia sibuk memakan salad pesanannya.
“Hhhh... bagian mana dari omonganku yang berbelit. Ck, bilang saja kau tidak mau menjelaskannya.” cibirku.
Bingo.” ujarnya lagi sambil menjentikkan jarinya, “Kau pintar.”
Cih.”


Setelah mengamati gerak-gerik Luhan-hyung dengan teliti seharian ini tanpa terlewatkan sedikitpun (- ah, terimakasih untuk Lee sonsengnim yang meliburkan anak-anak dari kelas khusus karena nilai yang kami dapat sangat baik -), aku merasa ada yang aneh dengannya. Wajahnya terlihat pucat, dia sering memegang bahu kirinya (- ini sudah yang ke sepuluh kalinya dalam sehari -), dan sangat hati-hati saat ingin duduk, berdiri, atau tiduran. Dan tidak biasanya Luhan-hyung memakai baju hangat yang lengannya sangat panjang. Ini terlalu aneh. Pasti ada yang dia sembunyikan dariku.

“Hyung.” aku duduk disampingnya.
“Sehunie, bisa kau ambilkan aku gunting?”
“Gunting? Untuk apa?” dengan segera aku berdiri dan mundur beberapa langkah darinya, “Ja.. jangan bilang kau mau memotong kakiku.” aku berlari kesudut kamarnya, lalu duduk memeluk kakiku.
“Ha?” dia melihatku dengan aneh.
“Hyung, aku tahu kau iri denganku karena aku lebih tinggi darimu. Tapi jangan seperti ini. Begini saja, a-aku akan memberimu tips meninggikan badan, dan menolong sebisaku. Walaupun itu tidak mungkin karena kau sudah melewati masa tumbuhmu, tapi aku akan tetap membantumu. Aku berjanji. Ja-jadi kumohon... jangan potong kakiku.”
“.......” Luhan-hyung hanya diam saja sambil melihatku.
“Hy-hyung. Jangan melihatku seperti itu.”

Luhan-hyung dengan sangat sadis melempar sandal rumah yang dia pakai ke arahku. Serangan pertama, gagal. Lalu dia melancarkan serangan ke dua, dengan melempar keranjang yang penuh hadiah (- yang dia dapat dari fans-nya -) ke arahku. Aku yang saat itu terkecoh dengan banyaknya hadiah yang berhambur kesetiap sudut ruangan, terkena serangan dibagian kepalaku.

“WUUU...” Luhan-hyung bersorak penuh kemenangan, “SATU UNTUK  LUHAN, DAN KOSONG UNTUK OH SEHUN.”
Aaww... HYUNG!! ITU SAKIT!!”
“Salahkan dirimu sendiri karena kesimpulanmu itu. Dan lagi, gunting itu kugunakan untung memotong benang ini.”
“Aku tidak mau mengambilnya. Ambil saja sendiri.” aku beranjak pergi dari tempatku.
Hey. OH SEHUN! Ck, dasar.”

END of Oh Sehun’s pov

>>>>>::..:..::<<<<<

 “Uhk... berisik. Apa yang Luhan-hyung lakukan tengah malam seperti ini?” dengan setengah hati Sehun turun dari tempat tidurnya, pergi ke kamar Luhan.
“Hyung, ini sudah malam. Apa yang― uhk” tangan Sehun bergerak menutup mulutnya saat melihat kamar Luhan penuh dengan bercak darah.
 “Hyung...” dia berjalan masuk ke dalam kamar dengan hati-hati, agar tidak menimbulkan suara.
Arghh...”
“Hyung...” dia mempercepat langkahnya ke kamar mandi saat mendengar suara Luhan.

Pemandangan yang Sehun lihat ini cukup membuatnya ingin memuntahkan isi perutnya. Lantai kamar mandi penuh dengan darah, perban berlumuran darah ditempat sampah, baju yang tadi Luhan pakai ada dikeranjang pakaian kotor (- dengan darah juga -). Sehun terpaku saat melihat Luhan berdiri didepan cermin. Kalau Sehun tidak salah ingat, jarum dan benang digunakan untuk menjahit pakaian yang rusak, sobek, atau apapun itu namanya. Bukan seperti ini. Jarum dan benang yang tadi Luhan perlihatkan pada Sehun, dia gunakan untuk menjahit bahu kirinya yang seharian ini dia pegang. Tanpa sadar, Sehun melangkah lebar kearahnya. Sehun putar tubuh Luhan agar berhadapan dengannya.

Akh..” rintih Luhan saat jarum itu tidak sengaja mengenai lukanya, “Se.. Sehun. Kau.. a-apa yang...” suaranya tercekat saat menyadari sosok di depannya.
“Kau..” kedua tangan Sehun semakin erat memegang kedua lengan Luhan, “Apa yang kau lakukan? Kenapa bahumu bisa terluka seperti itu?”

Lupakan sikap manis dan hormat! Luhan benar-benar sudah gila dan kacau!

“Itu.. aku...” Luhan mengalihkan pandangannya, tidak berani menatap Sehun.
“Lihat aku!!! Sejak kapan? Kenapa kau tidak bilang padaku kalau kau terluka?”
“Maaf.” hanya itu yang Sehun dengar dari mulut Luhan.

Sehun mundur beberapa langkah. Menjatuhkan tubuhnya ke lantai, menjadikan bathtub sebagai penyangga punggung. Marah, sedih, terkejut, menyesal, dan takut. Semuanya berpadu menjadi satu-kesatuan, bersekongkol  untuk melemahkan seluruh saraf ditubuh Sehun. Marah dan sedih, karena Luhan menyembunyikan hal sepenting dan separah ini darinya. Dan itu sama dengan LuHan tidak percaya lagi padanya.
Dari sudut matanya, dia melihat Luhan memegang bahu kirinya yang belum terjahit sempurna, sedangkan perutnya sudah terjahit, hanya saja masih mengeluarkan darah. Sehun menghela nafas panjang, berdiri dengan memegang pinggiran bathtub sebagai tumpuan. Pandangan mereka sempat bertemu, hanya sebentar, karena Luhan langsung menunduk dan mengucapkan kata maaf berkali-kali.

“Apa yang ada di otakmu sebenarnya? Apa kau pikir, kau vampire yang jika terluka, luka itu akan sembuh dengan cepat? Apa kau pikir―”
“Sehunie, aku―” potong Luhan.
“Jangan memotong omonganku! Aku belum selesai.” balas Sehun cepat, “Apa kau pikir nyawamu terbagi menjadi tujuh bagian, sehingga apabila tubuhmu hancur sekalipun kau akan tetap hidup seperti Voldemort? Oh, shit! Hyung, kenapa kau tidak memberitahuku? Kita bisa pergi kerumah sakit dan―”
“OH SEHUN!!” jerit Luhan tiba-tiba, “Dengarkan aku! Aku terluka saat mengejar pencuri. Saat perjalanan pulang, aku mendengar teriakan minta tolong. Karena itu, aku... terluka.”
“Kau tidak pintar berbohong, bodoh!”

Dengan segera Sehun menarik Luhan menuju Rumah Sakit. Dan sesampainya disana, entah yang keberapa kalinya Sehun memukul kepala Luhan didepan Dokter Byun saat Luhan menyuruhnya untuk tenang dan tidak panik. Sehun sempat berpikir, bagaimana jika dia membawa Luhan ke pantai dan menenggelamkannya disana. Mungkin Luhan akan bangun dari tidur sadarnya, dan menjadi gila setelahnya saat tahu bahwa dia terluka.

“Sehun.”
“Ya, Dokter Byun?”
“Bisa bicara denganmu beberapa menit? ...Luhan tidak akan hilang jika kau meninggalkannya beberapa menit.”
“Baiklah.”

>>>>>::..:..::<<<<<

Disinilah mereka. Di kantor Dokter Byun yang penuh dengan barang-barang berbau magic. Luhan pernah bercerita kepada Sehun tentang obsesi Dokter Byun, dan betapa aneh kelakuannya. Dan jujur saja, Sehun heran kenapa dia bisa menjadi dokter. Lebih tepatnya seorang psikiater.

“Kau siapa?” tanya Dokter Byun sesaat setelah menjatuhkan tubuhnya dikursi berwarna walnut itu.
“Aku?” Sehun menunjuk dirinya sendiri, “Tentu saja aku Sehun, Oh Sehun. Ada apa denganmu, dokter?”
“Kau yakin? Kau bukan orang aneh itu kan?”
Hey!! Kalau kau mengajakku bicara karena ingin mengejekku, lebih baik aku pergi.”
“Baiklah, baiklah. Kau memang Sehun yang keras kepala dan pemarah itu.”
Ck! Ada apa?”
“Kau tahu kenapa Luhan terluka?”
“Tidak. Dia berbohong saat kutanya kenapa luka itu―”
“Kau sakit, Sehun.”
“Ha? Apa hubungannya dengan luka Luhan-hyung?”
“Aku pikir kau perlu tahu ini semua sebelum kau melukai lebih banyak orang.”
Hey. Kau, kenapa―”
“Kau seorang penderita Dissociative Identity Disorder, Sehun.”
Disso― apa?”
Dissociative Identity Disorder... orang-orang awam biasa menyebutnya dengan kepribadian ganda. Kau adalah Sehun, tapi disaat tertentu kau bukan Sehun.”
“Lalu? Ayolah, jangan berbelit-belit.”
“Apa kau pernah merasa melakukan sesuatu, tapi lupa apa yang kau lakukan? Atau mungkin, kau sedang pergi keluar, dan tidak tahu bagaimana, tiba-tiba kau ada disuatu tempat yang tidak kau kenal.”
“Tunggu!! I-tu tidak mungkin. Aku tidak mungkin memiliki kepribadian lain ditubuhku. Ini tidak masuk akal. Tidak!!!”
“Kedua orangtua Luhan tewas, hadiah-hadiah aneh yang sering kau terima, dan luka yang Luhan dapat. Itu semua perbuatanmu, Oh Sehun.”
“Ap― jangan menuduhku! Kau tidak berhak menuduhku seperti itu. Kau tidak ada disana.” dengan geram, Sehun menendang meja yang menjadi penghalang mereka.
“Kau yang melukai Luhan sampai seperti itu. Dan, kalau dia tidak berhasil melumpuhkanmu, dia sudah tidak ada sekarang.”
“Siapa?”
“Apa?”
“Siapa orang lain yang ada ditubuhku?”
“Park Rae Na. Selepas kecelakaan saat kau tidak sengaja menembak orangtuamu, kau terus menyalahkan dirimu sendiri. Dan saat kau mulai bertekad untuk melupakan itu semua, beranggapan bahwa peristiwa itu tidak dialami olehmu, tapi orang lain. Di saat itu lah Park Rae Na lahir, menjadi bagian dari dirimu. Sepuluh tahun menjadi bagian darimu, mulai membuatnya ingin memilikimu seutuhnya. Dia akan melenyapkan orang-orang yang menjadi pengganggu.”
“Sejak kapan Luhan-hyung tahu soal ini? Dan sudah berapa kali Luhan-hyung terluka karena perempuan brengsek ini?”
“Lima tahun yang lalu, saat orangtua Luhan tewas. Dan selama lima tahun itu, ini adalah luka terparah yang Luhan dapatkan. Perempuan itu tidak bermain-main dengan ucapannya, Sehun. Saat dia menginginkan sesuatu, dia akan mendapatkannya dengan cara apapun. Bahkan, dengan membunuhmu sekalipun.”
“.....Tidak ada jalan keluar...”
“Sebenarnya ada.”
Mata Sehun melebar seketika dan langsung menarik punggungnya untuk lebih dekat dengan Dokter Byun, “Kau serius? Cepat katakan!!”
“Kau tahu kan rumor yang akhir-akhir ini tumbuh dengan pesat dikalangan pelajar dan pengusaha?”
“Rumor? Maksudmu... Hell Communication?”
“Ya. Kau bisa menggunakan itu untuk membunuh Park Rae Na. Mudah. Kau hanya perlu membuka situs itu, lalu mengetik nama Park Rae Na, dan setelah itu, dia akan pulang kerumahnya.”
“Tapi....”

Dengan perlahan, Dokter Byun bangkit dari posisinya, berjalan mengelilingi tempat Sehun duduk, dan berakhir dengan berdiri dibelakang Sehun.

“Jangan ragu seperti ini, Sehun. Kau tidak ingin Luhan terluka lagi, kau ingin membalaskan kematian orangtua Luhan, kau membeci perempuan brengsek itu, dan yang terpenting.... kau membenci..... dirimu sendiri.” lalu dia mendekatkan mulutnya ketelinga Sehun, membisikkan sesuatu.
“Kau benar. Aku akan mengirimnya ke neraka.” Sehun bangkit dan segera berlari keluar, sebelum itu, dia sempat membalikkan badannya dan mengucapkan terimakasih kepada Dokter Byun, yang dibalas dengan senyum lembutnya, seperti biasa.

[-END of Flashback-]
*TOK TOK*

Suara ketukan itu berhasil membuatnya tersadar dari lamunan panjangnya.
Hey, Sehun.”
“Ada apa, Wu Fan-hyung?”
“Kau membaca buku harian –hyung mu lagi?”
“Seperti itulah.” Sehun meletakkan buku harian itu dimeja kecil disebelah tempat tidurnya, “Kenapa kau kemari?”
“Ah, itu. Enma meminta kita semua untuk berkumpul didepan gerbang penyambutan sekarang juga.”
Sehun turun dari tempat tidurnya, berjalan menyusul Wu Fan yang ada didepannya, “Ada penghuni baru lagi?”
Yap.”
“Hhhh... kenapa banyak sekali yang membuka situs itu? Apa mereka tidak berpikir apa konsekuensinya?”
“Bukankah kita juga sama? Kita tidak memikirkan apapun selain menyingkirkan orang yang kita anggap sebagai penyebab dari semua yang kita alami.”
“Kau benar.”

>>>>>::..:..::<<<<<

“Kalian lama sekali. Anggota keluarga kita sudah datang.”
“Hahahaa... maaf. Tadi aku menunggu Sehun dulu.”
“Tidak.” balas Sehun cepat, “Banyak yang kami bicarakan saat diperjalanan tadi.”
“Sehunie.”
Sehun tersentak. Dia yakin mendengar suara yang sangat familiar ditelinganya, “Lu... Luhan-hyung?”
“Aku senang kau baik-baik saja, Sehunie.” sosok Luhan muncul bersama Enma disebelahnya, “Kau tahu? Aku benar-benar bingung saat tahu kau tidak ada disebelahku saat aku membuka mata. Aku pikir kau marah, lalu pulang. Aku hendak pulang kerumah, saat Dokter Byun memberitahuku kalau kau membuka situs itu.”
“Apa... yang kau lakukan disini?”
“Tentu saja bertemu denganmu. Dirumah sangat sepi saat tidak ada kau. Aku kesepian, dan memutuskan menggunakan situs itu, dan aku bertemu denganmu sekarang.”
 “Kenapa kau menemuiku? Aku sengaja melakukan ini agar kau tidak terluka dan hidup bahagia tanpa mengurusku dan mengawasi Park Rae Na. Aku benar-benar tidak mengerti dengan pola pikirmu!!” Sehun berbalik pergi meninggalkan Luhan dan yang lainnya.
Hey, siapa yang kau kirim?” tanya Wu Fan setelah sosok Sehun menghilang.
“Aku? Aku menulis nama Luhan disitus Hell Communication.”
“Oh...” gumam Wu Fan sambil mengangguk paham.
“APA?” teriak Wu Fan kemudian , dia langsung memalingkan wajahnya ke arah Luhan, “Kau... namamu Luhan kan?”
Yeah.”
“Jangan bilang kalau kau...”
“Hhahahaa... jangan memasang tampang seperti itu. Aku pergi menyusul Sehun dulu.” dengan santai, Luhan melenggang pergi meninggalkan Wu Fan yang terkejut ditempatnya.
“Enma... jangan bilang kalau dia...”
“Bukankah kakak-adik tidak akan jauh berbeda? Sehun menulis nama Park Rae Na ―itu sama saja dengan menulis namanya sendiri―, begitu juga Luhan.”
“Mereka sepasang saudara gila.”
.
.
>>>>>::.:.::<<<<<


“Tidak ada yang sulit disini, Sehun.
Kau hanya perlu melakukan apa yang hatimu katakan,
dan melakukan apa yang kuperintahkan.”
dia mengakhirinya dengan senyum yang sangat lembut.
-Byun Baekhyun-

END...

N/B : Otthe? (._.) Tetep aneh kayak biasanya, kkkk~ kkaeb song~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar